Rabu, 27 Maret 2013

GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

Pada tanggal 18 Maret 2013 sebanyak 80 ribu pemuda dan masyarakat menghadiri puncak peringatan Gerakan kewirausahaan Nasional (GKN) tahun 2013 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam acara ini hadir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menko Polkam Djoko Suyanto, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (II) lainnya. Dengan mengangkat tema “Spirit Global Entrepreneurship”, acara ini menjadi ajang sosialisasi semangat berwirausaha masyarakat Indonesia, utamanya pemuda.

Penciptaan lapangan kerja saat ini menjadi sangat relevan  di tengah fenomena sekitar 200 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki pekerjaan.  Bank Dunia memperkirakan 600 juta pekerjaan harus diciptakan pada tahun 2020, terutama di beberapa negara berkembang, guna mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk.

Enterpreneur berperan sentral dalam menciptakan keunggulan kualitas, mengorganisasikan sumber daya yang diperlukan dalam menciptakan nilai tambah. Upaya mengembangkan secara masif spirit  enterpreneur  bukanlah tanpa alasan,  mengingat, keberadaan entrepreneur dalam sebuah negara, memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan pembangunan.  Mereka adalah “motor penggerak” dalam pembangunan ekonomi suatu negara.

Secara statistik, setahun gerakan kewirausahaan nasional sepanjang tahun 2012 menurut Kementerian Koperasi dan UKM mencatatkan peningkatan 0,45 persen menjadi 1,56 persen. BPS mencatat sudah ada 3,744 orang wirausaha di tanah air. Meskipun demikian,jumlah wirausahawan di Indonesia ini masih kecil bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk kategori yang sama, Malaysia mencatat angka 4 persen, Thailand 4.51 persen dan Singapura 7.2 persen.  Belum lagi bila melihat  dari segi kualitas entrepreneur kita atau daya saingnya di pentas global.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) nasional mengungkapkan bahwa jumlah wirausahawan adalah sebanyak 55,53 juta UMKM dan sekitar 54 juta diantaranya adalah usaha mikro. Peningkatan jumlah UMKM berjalan sebanding dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh UMKM, jika diasumsikan setiap pelaku UMKM rata-rata memiliki 2 hingga 4 orang tenaga kerja, maka tambahan serapan tenaga kerja oleh UMKM diperkirakan sebesar 15 juta orang.

Mempertimbangkan perubahan lingkungan global, berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki, serta tantangan pembangunan yang harus dihadapi, Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga Indonesia dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia, ternyata salah satu faktor kunci untuk mempercepat pembangunan ekonomi dan daya saingnya adalah kewirausahaan.  Hal ini sebenarnya telah dikemukakan oleh  Schumpeter (1934) bahwa entrepreneurship in driving force behind economic growth.

Pemuda yang mandiri khususnya mandiri secara ekonomi dapat ditempuh melalui berbagai cara diantaranya melalui Kewirausahaan. Aktivitas kewirausahaan selain dapat menyediakan pekerjaan bagi diri-sendiri (self-employed) juga seringkali dapat mempekerjakan orang lain (creating jobs).

Entreprenership adalah sebuah perjalanan (journeys), setelah tertanamnya kultur kewirausahaan, perjalanan kewirausahaan akan diteruskan dengan adanya kesadaran (awareness) tentang pentingnya kewirausahaan; terbentuknya embrio wirausaha (nascent entrepreneurs) yang secara sadar berani mencoba-coba usaha bisnisnya sesuai minat, bakat, dan potensi mereka; dan tekad dan action untuk menjadi Wirausaha Muda Pemula/WMP (start-up entrepreneurs) dengan segala risiko yang sudah dipertimbangan.

Olehnya, perlu terus digalakkan berbagai kegiatan atau program untuk menumbuh-kembangkan minat masyarakat terutama di kalangan anak muda dan khususnya pemuda terdidik untuk berwirausaha dapat ditempuh melalui berbagai cara, diantaranya melalui media massa serta melalui para Penggerak Wirausaha Muda (PWM) yang sudah mulai tumbuh dan berkembang di mana-mana.

Kewirausahaan sebagai faktor utama dalam pembangunan ekonomi membutuhkan sinergitas antara akedemisi atau peneliti, asosiasi pengusaha atau businessman, pemerintah atau government serta dukungan masyarakat atau community, yang biasa disingkat ABG+. Sinergitas ini penting supaya isu kewirausahaan yang saat ini sedang digalakkan bisa lebih terarah.

Disisi lain, tidak lama lagi  bangsa Indonesia akan memasuki era pasar tunggal dengan berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Keberadaan AEC itu akan menjadikan arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut tentu akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial bagi Indonesia saat belum siap menghadapai persaingan bebas ini.

Bila kita tidak bergerak lebih cepat melakukan pembenahan, maka seluruh daerah di tanah air akan tertinggal 2015 nanti. Indonesia hanya akan menjadi pasar besar yang dibanjiri produk asing. Kenyataan ini haruslah menjadi cambuk bagi seluruh stakeholder kewirausahaan untuk menyiapkan entrepreneur-entrepreneur muda yang berkompeten dan berdaya saing unggul di pentas global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar