Pada tanggal 18 Maret 2013 sebanyak 80 ribu pemuda dan masyarakat
menghadiri puncak peringatan Gerakan kewirausahaan Nasional (GKN) tahun
2013 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam acara ini hadir Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono,
Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menko Polkam Djoko Suyanto,
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo,
dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (II) lainnya. Dengan
mengangkat tema “Spirit Global Entrepreneurship”, acara ini menjadi ajang sosialisasi semangat berwirausaha masyarakat Indonesia, utamanya pemuda.
Penciptaan lapangan kerja saat ini menjadi sangat relevan di tengah
fenomena sekitar 200 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki
pekerjaan. Bank Dunia memperkirakan 600 juta pekerjaan harus diciptakan
pada tahun 2020, terutama di beberapa negara berkembang, guna
mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk.
Enterpreneur berperan sentral dalam menciptakan keunggulan
kualitas, mengorganisasikan sumber daya yang diperlukan dalam
menciptakan nilai tambah. Upaya mengembangkan secara masif spirit enterpreneur bukanlah tanpa alasan, mengingat, keberadaan entrepreneur
dalam sebuah negara, memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan
pembangunan. Mereka adalah “motor penggerak” dalam pembangunan ekonomi
suatu negara.
Secara statistik, setahun gerakan kewirausahaan nasional sepanjang
tahun 2012 menurut Kementerian Koperasi dan UKM mencatatkan peningkatan
0,45 persen menjadi 1,56 persen. BPS mencatat sudah ada 3,744 orang
wirausaha di tanah air. Meskipun demikian,jumlah wirausahawan di
Indonesia ini masih kecil bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Untuk kategori yang sama, Malaysia mencatat angka 4 persen, Thailand
4.51 persen dan Singapura 7.2 persen. Belum lagi bila melihat dari
segi kualitas entrepreneur kita atau daya saingnya di pentas global.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) nasional mengungkapkan bahwa jumlah
wirausahawan adalah sebanyak 55,53 juta UMKM dan sekitar 54 juta
diantaranya adalah usaha mikro. Peningkatan jumlah UMKM berjalan
sebanding dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh UMKM, jika
diasumsikan setiap pelaku UMKM rata-rata memiliki 2 hingga 4 orang
tenaga kerja, maka tambahan serapan tenaga kerja oleh UMKM diperkirakan
sebesar 15 juta orang.
Mempertimbangkan perubahan lingkungan global, berbagai potensi dan
keunggulan yang dimiliki, serta tantangan pembangunan yang harus
dihadapi, Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga
Indonesia dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan
kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia, ternyata salah
satu faktor kunci untuk mempercepat pembangunan ekonomi dan daya
saingnya adalah kewirausahaan. Hal ini sebenarnya telah dikemukakan
oleh Schumpeter (1934) bahwa entrepreneurship in driving force behind economic growth.
Pemuda yang mandiri khususnya mandiri secara ekonomi dapat ditempuh
melalui berbagai cara diantaranya melalui Kewirausahaan. Aktivitas
kewirausahaan selain dapat menyediakan pekerjaan bagi diri-sendiri (self-employed) juga seringkali dapat mempekerjakan orang lain (creating jobs).
Entreprenership adalah sebuah perjalanan (journeys), setelah tertanamnya kultur kewirausahaan, perjalanan kewirausahaan akan diteruskan dengan adanya kesadaran (awareness) tentang pentingnya kewirausahaan; terbentuknya embrio wirausaha (nascent entrepreneurs) yang secara sadar berani mencoba-coba usaha bisnisnya sesuai minat, bakat, dan potensi mereka; dan tekad dan action untuk menjadi Wirausaha Muda Pemula/WMP (start-up entrepreneurs) dengan segala risiko yang sudah dipertimbangan.
Olehnya, perlu terus digalakkan berbagai kegiatan atau program untuk
menumbuh-kembangkan minat masyarakat terutama di kalangan anak muda dan
khususnya pemuda terdidik untuk berwirausaha dapat ditempuh melalui
berbagai cara, diantaranya melalui media massa serta melalui para
Penggerak Wirausaha Muda (PWM) yang sudah mulai tumbuh dan berkembang di
mana-mana.
Kewirausahaan sebagai faktor utama dalam pembangunan ekonomi
membutuhkan sinergitas antara akedemisi atau peneliti, asosiasi
pengusaha atau businessman, pemerintah atau government serta dukungan masyarakat atau community, yang biasa disingkat ABG+. Sinergitas ini penting supaya isu kewirausahaan yang saat ini sedang digalakkan bisa lebih terarah.
Disisi lain, tidak lama lagi bangsa Indonesia akan memasuki era pasar tunggal dengan berlakunya ASEAN Economic Community
(AEC) pada tahun 2015. Keberadaan AEC itu akan menjadikan arus bebas
lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal di kawasan Asia Tenggara.
Hal tersebut tentu akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial bagi
Indonesia saat belum siap menghadapai persaingan bebas ini.
Bila kita tidak bergerak lebih cepat melakukan pembenahan, maka
seluruh daerah di tanah air akan tertinggal 2015 nanti. Indonesia hanya
akan menjadi pasar besar yang dibanjiri produk asing. Kenyataan ini
haruslah menjadi cambuk bagi seluruh stakeholder kewirausahaan untuk
menyiapkan entrepreneur-entrepreneur muda yang berkompeten dan berdaya
saing unggul di pentas global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar