Minggu, 31 Maret 2013

DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI OBAT DEMAM BERDARAH

Di musim penghujan,Demam berdarah dengue menjadi tren yang menakutkan bagi masyarakat.Upaya penanggulangan terasa kurang maksimal di laksanakan , ini terbukti dengan meningkatnya kasus disetiap daerah  .Fogging atau pengasapan menjadi upaya terakhir ketika suatu daerah telah terjangkit,yang mana nyamuk telah menjadi besar dan berkembang biak,bukan hanya sebagai jentik saja.
Untuk itu adalah daun jambu biji / jambu klutuk yang bisa mengobati demam berdarah ( untuk meningkatkan trombosit yang turun ). Selama ini kita mengenal buah jambu biji merah yang berkhasiat sebagai obat demam berdarah. Tetapi menurut sebuah penelitian dibuktikan bahwa daun jambu biji/klutuk lebih ampuh daripada buah jambu biji merah. Air rebusannya berwarna coklat kehijauan dengan rasa agak sepet.

Cara penggunaan : 9 lembar daun jambu biji direbus dengan 5 gelas air sampai menjadi 3 gelas. Saring dan dinginkan, diminum 3 x 1 gelas/hari

Benarkah buah jambu biji mampu mengatrol nilai trombosit? Hasil riset Prof.Dr.Soegeng Soegijanto SpA(K), DTM & H dan Harjono Achmad -keduanya dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga- mematahkan mitos itu. Yang berkhasiat sebagai anti-DBD itu justru daun jambu biji.

Mengapa daun jambu biji ampuh mengatasi DBD? Sejatinya daun jambu sudah lama kondang sebagai obat tradisional. Selain taninnya mujarab mengatasi diare, penelitian lain menunjukan khasiat berbeda, antibatuk dan antimikrobial. Tak kurang dari 40 senyawa kimia terdapat disana. Sebut saja golongan aldehid, guanin dan quercentin. Yang disebut terakhir senyawa pokok penambah jumlah trombosit. "Kadar Quercentin di buah jambu biji lebih sedikit daripada di daun. Kandungan di selembar daun bisa sama dengan di sekilo buah", quercentin dari golongan flavonoid itu efektif secara cepat menaikan jumlah trombosit melalui mekanisme peningkatan jumlah sitokin. Didalam tubuh sitokin berperan meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus mengaktifkan sistem pembekuan darah.

Laju itu terlihat dari uji kecepatan pencapaian jumlah trombosit per jam yang dilakukan Soegeng. Kelompok penderita nonsyok dan syok yang diberi 500 mg ekstrak daun jambu, rata-rata mencapai jumlah trombosit di atas 100.000/ul dalam waktu 16,36 jam. Tanpa ekstrak, rata-rata 33,82 jam. Padahal, saat kritis timbulnya pendarahan berkisar antara 24-48 jam sesudah infeksi virus.
 
daun jambu biji yang tidak terlalu tua dan muda paling baik dipakai. Alasannya jika terlalu tua, flavonoid banyak mengalami oksidasi sehingga dikhawatirkan kurang efektif. Pun pada daun muda. Kandungan flavonoid belum mencukupi. "Penyemprotan pestisida dan pemupukan yang biasa dilakukan tidak berpengaruh terhadap zat aktif yang dikandung", ujar doktor Biokimia alumnus Institut Teknologi Bandung itu.

Pembuatan ekstrak daun jambu bisa dilakukan dengan maerasi-pembuatan ekstrak dengan direndam. Caranya, setelah dikeringkan daun jambu dibuat serbuk. Untuk mendapat ekstrak yang diinginkan ia dilarutkan dalam etanol 96% dengan perbandingan serbuk:etanol, 1:10. Campuran itu diaduk beberapa jam lalu disaring 3 kali. Penyaringan diulang lagi sebanyak 3 kali untuk menghilangkan pengaruh etanol.

Namun, dalam kondisi darurat bisa merebus 5 lembar daun dalam 3 gelas air hingga tersisa segelas. "Air rebusan diminum sehari sekali selama 3-4 hari", ujar anggota Komite Nasional Penilai Obat Tradisional dan Suplemen Makanan BPOM itu. Hasilnya sama, trombosit cepat meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar