Di musim penghujan,Demam berdarah dengue menjadi tren yang menakutkan bagi masyarakat.Upaya penanggulangan terasa kurang maksimal di laksanakan , ini terbukti dengan meningkatnya kasus disetiap daerah .Fogging atau pengasapan menjadi upaya terakhir ketika suatu daerah telah terjangkit,yang mana nyamuk telah menjadi besar dan berkembang biak,bukan hanya sebagai jentik saja.
Untuk itu adalah daun jambu biji / jambu klutuk yang bisa mengobati demam berdarah ( untuk meningkatkan trombosit yang turun ). Selama ini kita mengenal buah jambu biji merah yang berkhasiat sebagai
obat demam berdarah. Tetapi menurut sebuah penelitian dibuktikan bahwa
daun jambu biji/klutuk lebih ampuh daripada buah jambu biji merah. Air
rebusannya berwarna coklat kehijauan dengan rasa agak sepet.
Cara penggunaan : 9 lembar daun jambu biji direbus dengan 5 gelas air
sampai menjadi 3 gelas. Saring dan dinginkan, diminum 3 x 1 gelas/hari
Benarkah buah jambu biji mampu mengatrol nilai trombosit? Hasil riset
Prof.Dr.Soegeng Soegijanto SpA(K), DTM & H dan Harjono Achmad
-keduanya dari fakultas kedokteran Universitas Airlangga- mematahkan
mitos itu. Yang berkhasiat sebagai anti-DBD itu justru daun jambu biji.
Mengapa daun jambu biji ampuh mengatasi DBD? Sejatinya daun jambu sudah
lama kondang sebagai obat tradisional. Selain taninnya mujarab mengatasi
diare, penelitian lain menunjukan khasiat berbeda, antibatuk dan
antimikrobial. Tak kurang dari 40 senyawa kimia terdapat disana. Sebut
saja golongan aldehid, guanin dan quercentin. Yang disebut terakhir
senyawa pokok penambah jumlah trombosit. "Kadar Quercentin di buah jambu
biji lebih sedikit daripada di daun. Kandungan di selembar daun bisa
sama dengan di sekilo buah", quercentin dari golongan flavonoid itu efektif secara cepat menaikan
jumlah trombosit melalui mekanisme peningkatan jumlah sitokin. Didalam
tubuh sitokin berperan meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus
mengaktifkan sistem pembekuan darah.
Laju itu terlihat dari uji kecepatan pencapaian jumlah trombosit per jam
yang dilakukan Soegeng. Kelompok penderita nonsyok dan syok yang
diberi 500 mg ekstrak daun jambu, rata-rata mencapai jumlah trombosit di
atas 100.000/ul dalam waktu 16,36 jam. Tanpa ekstrak, rata-rata 33,82
jam. Padahal, saat kritis timbulnya pendarahan berkisar antara 24-48 jam
sesudah infeksi virus.
daun jambu biji yang tidak terlalu tua dan muda paling baik dipakai.
Alasannya jika terlalu tua, flavonoid banyak mengalami oksidasi sehingga
dikhawatirkan kurang efektif. Pun pada daun muda. Kandungan flavonoid
belum mencukupi. "Penyemprotan pestisida dan pemupukan yang biasa
dilakukan tidak berpengaruh terhadap zat aktif yang dikandung", ujar
doktor Biokimia alumnus Institut Teknologi Bandung itu.
Pembuatan ekstrak daun jambu bisa dilakukan dengan maerasi-pembuatan
ekstrak dengan direndam. Caranya, setelah dikeringkan daun jambu dibuat
serbuk. Untuk mendapat ekstrak yang diinginkan ia dilarutkan dalam
etanol 96% dengan perbandingan serbuk:etanol, 1:10. Campuran itu diaduk
beberapa jam lalu disaring 3 kali. Penyaringan diulang lagi sebanyak 3
kali untuk menghilangkan pengaruh etanol.
Namun, dalam kondisi darurat bisa merebus 5 lembar daun
dalam 3 gelas air hingga tersisa segelas. "Air rebusan diminum sehari
sekali selama 3-4 hari", ujar anggota Komite Nasional Penilai Obat
Tradisional dan Suplemen Makanan BPOM itu. Hasilnya sama, trombosit
cepat meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar