Senin, 23 April 2012

Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT ) Padi Sawah

     
 Untuk meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT adalah:

1. Varietas Anjuran dan Kebutuhan Benih
Penggunaan varietas unggul yang sesuai memegang peranan paling menonjol dalam usaha peningkatan hasil maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit serta mengatasi keracunan hara. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan guna menentukan penggunaan varietas di suatu wilayah atau hamparan tertentu, antara lain:
- Berumur sedang, 120 hingga 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.
- Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Kebutuhan benih 30 kg/ha untuk cara tanam pindah konvensional dan 40 kg/ha untuk cara Jajar Legowo.
- Di daerah endemis serangan penyakit tungro adalah varietas Memberamo, Kalimas, Bondoyudo.
- Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas: Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Widas, Ciherang dan Ketonggo (ketan).
- Varietas untuk musim hujan adalah: Ciherang, Cibogo, Mekongga, Way Apoburu, Konawe, Kalimas, Bondoyudo, Cimelati, dan IR-64.
- Untuk musim kemarau varietas yang dianjurkan adalah: Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apoburra, Konawe, Cimelati, Mekongga dan Widas.

2. Pesemaian dan Penyiapan Bibit
- Area pesemaian seluas 300 m2/ha. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.
- Benih direndam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.
- Untuk memudahkan pencabutan bibit (daud); pada dasar pesemaian diusahakan ditaburi dengan sekam atau abu sekam 2 kg/m2 dan pupuk organik 1 kg/m2, baru benih ditaburkan.
- Daerah endemis hama wereng coklat, benih diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum ditabur di pesemaian.
- Pemupukan 200 gram urea + 100 gram SP-36 + 60 gram KCl/10 m2 pada umur 5 hari.
- Bibit dipindahkan pada umur 18-21 hari.

3. Penyiapan Lahan
- Pengolahan tanah dengan bajak dilakukan 2 kali, pupuk organik 2,0 ton/ha (pupuk kandang) diberikan sebelum pembajakan tanah II, disebar merata.
- Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.

4. Cara Tanam
Cara tanam pindah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
- Pada saal tanam, keadaan air di petakan macak-macak.
- Jarak tanam Legowo: 35 cm X (20 cm X 10 cm), 2 bibit/rumpun. Jarak antar baris berselang-seling 35 cm dan 20 cm; jarak dalam baris 10 cm.
- Bibit ditanam pada umur 18-21 hari.
- Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan alat "ATAJALE”.

5. Penyiangan
- Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau mekanis (menggunakan “osrok”/landak)
- Peenyiangan I pada saat tanaman berumur sekitar 15 hari, penyiangan II berumur sekitar 25 hari, selanjutnya disesuaikan dengan populasi gulma. Sebaiknya penyiangan dilakukan sedini mungkin.
- Dipastikan biji rumput tidak dapat tumbuh sebagai sumber gulma pada pertanaman padi atau palawija musim berikutnya.

6. Pengairan
- Pengelolaan air diusahakan seefisien mungkin agar diperoleh penghematan air dengan kualitas pengairan cukup.
- Tinggi genangan air maksimal 3 cm (petakan yang dapat diairi setiap saat). Dihindari kekurangan air saat premordia (40-42 HST) dan pengisian bulir (6580 HST). Sepuluh hari sebelum panen, air dikeluarkan dari petakan.

7. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Untuk perlakuan pemupukan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemupukan Organik
Pupuk organik diperlukan untuk membuat struktur agregat tanah yang lebih baik dan meningkatkan aktivitas hayati dan sumber hara mikro serta meningkatkan efisiensi pemupukan, diberi pupuk organik 2-3 ton /ha dan ditebarkan pada pengolahan tanah terakhir.

(b) Pemupukan Anorganik
- Pada saat pemupukan dan 3 hari sesudahnya saluran pemasukan dan pengeluaran air harus ditutup.
- Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk meratake seluruh areal pertanaman.
- Penentuan dosis pupuk P dan K didasarkan pada kandungan hara P dan K dalam tanah.

8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian OPT menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dengan penekanan pada pengamatan dan monitoring tiap minggu. Apa bila populasi hama sudah mendekati ambang kendali dilakukan pengendalian dengan pestisida hayati atau kimia sesuai populasi dan potensi serangan.

9. Panen dan Penangan hasil
- Panen dilakukan bila 95% butir padi pada setiap malai telah menguning.
- Panen dilakukan secara riil, hasil tiap petakan ditimbang.
- Perontokan menggunakan alat mesin perontok, minimal menggunakan pedal tresher yang sederhana.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2059097-pengelolaan-tanaman-terpadu-ptt-padi/#ixzz1szwzgI3Y

Tidak ada komentar:

Posting Komentar